Tikus pohon verhoeven
Masih membahas soal hewan endemik Pulau Flores yang juga serumpun dengan tikus di Pulau Flores, terdapat satu lagi jenis tikus yang telah dinyatakan punah yaitu tikus pohon verhoeven atau dikenal dengan nama latin Papagomys theodorverhoeveni.
Banyak pakar meyakini jika binatang ini telah punah sekitar 1500 SM, tapi IUCN menyatakan hewan pengerat ini punah pada 1996 lalu. Jika kamu penasaran seperti apa bentuknya, tikus ini berukuran sangat besar dibandingkan tikus pada umumnya, lho!
Baca Juga: 5 Hewan Marsupial, Ternyata Ada Dua di Indonesia
Hewan asli Indonesia yang sudah punah ini mempunyai nama latin Panthera tigris sondaica yang sudah punah sejak 1980-an. Padahal, hewan karnivor ini banyak sekali ditemui. Namun, pada 1950-an, jumlahnya mulai berkurang karena habitatnya difungsikan sebagai lahan pertanian oleh orang Jawa.
Harimau jawa seperti harimau pada umumnya. Harimau jawa jantan memiliki berat yang lebih besar ketimbang betina, yaitu memiliki panjang sekitar 2,34 meter dan berat 100--141 kilogram. Sementara, betinanya memiliki panjang sekitar 2,43 meter dengan berat 100--141 kilogram.
Masih satu rumpun dengan harimau penghuni asli Pulau Jawa, harimau bali yang memiliki nama latin Panthera tigris balica ini menjadi hewan asli Indonesia yang sudah punah terakhir dan tidak akan pernah bisa kamu temui lagi saat ini.
Harimau penghuni asli Pulau Bali ini menjadi target perburuan besar-besaran oleh penduduk sekitar yang mengincar kulitnya untuk dijual. Secara resmi, pemerintah menyatakan harimau bali punah pada 27 September 1937.
Semoga hal ini tidak terjadi ke harimau sumatra yang serumpun dengan harimau jawa dan harimau bali, ya. Jumlah Harimau Sumatra sendiri kini semakin sedikit. Adapun, beberapa hewan lain yang telah dinyatakan hampir punah, yaitu pesut mahakam, badak bercula satu, burung maleo, dan masih banyak lagi.
Mari bersama kita menjaga dan peduli akan kelestarian hewan liar. Kutuk keras aksi perburuan liar sebagai bentuk dukungan kita untuk membantu pemerintah melestarikan hewan yang dinyatakan akan segera punah.
Baca Juga: 7 Hewan Ini Terancam Punah karena Sering Diburu Manusia, Menyedihkan!
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Tak heran jika hiu megalodon dijuluki sebagai hewan penguasa lautan. Sebabnya, hampir seluruh makhluk laut menakuti hiu raksasa yang satu ini. Namun siapa sangka, hiu yang begitu ganas ini telah punah lho, detikers.
Hiu megalodon atau Otodus megalodon yang artinya gigi besar, merupakan hiu prasejarah terbesar yang pernah hidup di lautan. Selain bisa tumbuh hingga 18 meter atau 60 kaki, ikan raksasa purba ini juga memiliki rahang selebar 3 meter dengan total 276 gigi tajamnya. Bukan main besarnya!
Setelah bertahun-tahun menghilang dari lautan dan menjadi sebuah misteri, kini para ilmuwan telah menemukan titik terang. Hiu megalodon pun dinyatakan telah punah sekitar tiga juta tahun yang lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyebab punahnya hiu megalodon pun kian masih menjadi tanda tanya. Lantas, kenapa hiu megalodon bisa punah? Untuk mengetahui jawabannya. Yuk, simak penjelasannya di artikel berikut ini.
Hasil studi yang mempelajari fosil gigi dari raksasa laut mengungkap bahwa adanya persaingan antara predator ganas lainnya seperti para leluhur hiu putih besar, ditengarai menjadi salah satu penyebab punahnya hiu megalodon ini.
Lantaran keduanya terus bersaing demi mendapatkan mangsa untuk dimakan. Lama-kelamaan, mangsa kedua ikan tersebut mulai menipis. Kemudian disusul oleh hilangnya habitat mereka akibat perubahan permukaan laut.
Perlu untuk diketahui, hiu putih besar memiliki suhu tubuh sekitar 20 hingga 30 derajat celsius. Sedangkan suhu tubuh hiu megalodon mencapai 35 sampai 40 derajat celsius.
Hasil itu menunjukkan bahwa suhu tubuh hiu megalodon jauh lebih tinggi daripada hiu putih besar. Dengan begitu, megalodon memiliki metabolisme yang aktif sehingga hewan purba ini memerlukan banyak makanan.
Sangat disayangkan, ketika terjadi perubahan iklim yang mulai menghangat, semua mangsa hiu megalodon bergerak menuju permukaan yang lebih tinggi dan lebih dingin.
"Perubahan iklim yang berpadu dengan pergeseran tempat tinggal hewan-hewan laut menjadi 'senjata' kepunahan bagi hiu terbesar yang pernah ada di Bumi ini," kata Griffiths yang dilansir dari National Geographic, Kamis (29/12/2022).
Dengan demikian, hal tersebut membuat hiu megalodon kelaparan karena langkanya mangsa untuk dimakannya dan mulai munculnya pesaing dengan ikan predator lainnya yang mendorong hiu megalodon berakhir punah.
Buah ini dulunya bisa ditemukan di hutan atau pedesaan saat musim hujan. Dan buah ini saat matang sempurna memiliki rasa yang manis dan lezat.
Tapi bukan hanya karena namanya yang unik. Buah ini memiliki manfaat yang luar biasa, mulai dari daun, akar hingga buahnya.
Untuk akar, ciplukan sendiri memiliki khasiat menurunkan tekanan darah tinggi, karena mengandung flavonoid yang berperan sebagai pengontrol tekanan darah.
Selain itu, akar dan batang ciplukan juga bisa mengobati diabetes melitus karena mengandung saponin yang bisa menurunkan kadar gula darah.
Buah ciplukan juga bisa mengobati gusi berdarah karena kandungan vitamin C dari buah ini sangat tinggi.
Lalu jika memiliki penyakit bronkitis, semua bagian dari buah ciplukan juga bisa mengobati dengan cara direbus hingga mendidih dan diminum airnya.
Terakhir, daun buah ciplukan juga bisa digunakan untuk mengobati bisul dengan cara dicampur satu sendok teh adas pulasaro, satu lembar daun sirih, dan garam kemudian diremas menjadi satu dan dioleskan.
Ditulis oleh Tim Redaksi Klikhijau.com
Klikhijau.com – Burung hantu salju atau snowy owl merupakan spesies yang menawan dan ikonik. Para penggemar burung, bahkan masyarakat umum akan terpikat saat melihatnya.
Bulunya yang putih mencolok. Menjadikan burung bernama ilmiah Bubo scandiacus memikat. Ditambah dengan sifatnya yang berbeda dengan burung hantu pada umumnya.
Jika pada umumnya burung hantu adalah nokturnal atau beraktivitas di malam hari, maka burung hantu salju lebih menyukai berburu mangsa di siang hari.
Burung bermata kuning dan tajam ini adalah pemangsa yang luar biasa. Ia dapat ditemukan di tundra Arktik. Mereka beradaptasi dengan baik terhadap kondisi habitat mereka yang keras.
Terlepas dari popularitasnya, burung ini menghadapi beberapa tantangan yang mengancam kelangsungan hidup mereka.
Burung hantu salju ini adalah spesies karismatik dan ikonik yang telah memikat hati banyak orang di seluruh dunia.
Sayangnya saat ini terdaftar sebagai spesies yang masih kurang mendapat perhatian. Padahal sangat penting untuk terus memantau dan melindunginya untuk memastikan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang.
Dikutip dari Earth, burung ini adalah burung raptor yang besar dan kuat, dengan lebar sayap hingga 170 cm (67 in) dan berat antara 1,6-2,9 kg (3,5-6,4 lbs).
Bulunya yang putih bersih dengan corak hitam tipis memberikan kamuflase yang sangat baik di lingkungan bersalju.
Pejanjannya cenderung lebih putih, sedangkan betina dan remaja menunjukkan tanda-tanda lebih gelap.
Burung ini mempunyai kaki berbulu lebat yang memberikan isolasi terhadap tanah dingin, sehingga cocok untuk hidup di Kutub Utara.
Lapisan bulu penyekatnya yang tebal membantu mereka menahan suhu ekstrem. Mereka terutama adalah pemburu diurnal, memangsa mamalia kecil seperti lemming dan tikus, serta burung.
Burung ini berkembang biak di tundra Arktik di Amerika Utara bagian utara, Eropa, dan Asia. Mereka bermigrasi ke selatan selama bulan-bulan musim dingin, kadang-kadang mencapai Amerika Serikat bagian utara.
International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) telah memasukkan satwa cantik ini sebagai spesies terancam punah.
Populasinya mengalami penurunan di wilayah tertentu, dan spesies ini menghadapi berbagai ancaman yang dapat berdampak negatif terhadap keberadaannya di masa mendatang.
Salah satu ancaman yang paling mengkhawatirkan atas burung ini adalah perubahan iklim, hilangnya habitat, dan gangguan manusia.
Perubahan iklim berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem Arktik. Itu secara otomatis mempengaruhi ketersediaan mangsa dan mengubah habitat perkembangbiakan satwa unik ini.
Selain itu, hilangnya habitat akibat perluasan pemukiman manusia, pembangunan industri, dan proyek infrastruktur menimbulkan tantangan besar bagi kelangsungan hidup spesies ini.
Gangguan manusia, seperti aktivitas rekreasi dan perburuan ilegal, juga dapat berdampak pada Burung Hantu Salju dengan menyebabkan ditinggalkannya sarang dan meningkatnya stres.
Meski burung ini tidak tersebar di seluruh dunia. Namun, kita perlu merasa memilikinya. Sebab jika mengalami kepunahan, maka manusia pulalah yang akan merugi.
Karena itu, untuk memastikan kelangsungan hidupnya, para pejabat telah melakukan berbagai inisiatif konservasi. Upaya-upaya ini termasuk memantau tren populasi, melindungi habitat kritis, dan melaksanakan program pendidikan untuk meningkatkan kesadaran tentang spesies dan kebutuhan konservasinya.
Organisasi seperti World Wildlife Fund (WWF) dan BirdLife International bekerja sama dengan komunitas lokal, pemerintah, dan lembaga penelitian untuk menerapkan langkah-langkah konservasi bagi ini.
Selain itu, beberapa negara telah menetapkan kawasan lindung dalam wilayah jelajah burung hantu salju untuk melindungi habitat berkembang biak dan musim dingin mereka. Biarkan mereka tetap lestari.
Kepunahan hewan dapat disebabkan oleh berbagai hal. Namun, saat ini aktivitas manusialah yang menyebabkan beberapa hewan sudah punah. Misalnya, perusakan habitat karena perluasan lahan pertanian dan penebangan hutan. Dua aktivitas manusia tersebut merupakan penyebab utama beberapa hewan sudah punah.
Di samping itu, masih ada beberapa penyebab lain kepunahan pada hewan, seperti adanya serangan asteroid, polusi, masuknya spesies asing, kekurangan makanan, dan penangkapan ikan atau perburuan yang berlebihan. Ada beberapa hewan yang sudah punah. Kita dan keturunan kita saat ini hanya bisa menyaksikan hewan tersbeut dalam gambar atau foto.
Artikel terkait: 10 Hewan Paling Ramah di Dunia, Manis dan Menggemaskan!
Burung hantu salju atau snowy owl merupakan spesies yang menawan dan ikonik. Para penggemar burung, bahkan masyarakat umum akan terpikat saat melihatnya.
Bulunya yang putih mencolok. Menjadikan burung bernama ilmiah Bubo scandiacus memikat. Ditambah dengan sifatnya yang berbeda dengan burung hantu pada umumnya.
Jika pada umumnya burung hantu adalah nokturnal atau beraktivitas di malam hari, maka burung hantu salju lebih menyukai berburu mangsa di siang hari.
Burung bermata kuning dan tajam ini adalah pemangsa yang luar biasa. Ia dapat ditemukan di tundra Arktik. Mereka beradaptasi dengan baik terhadap kondisi habitat mereka yang keras.
Terlepas dari popularitasnya, burung ini menghadapi beberapa tantangan yang mengancam kelangsungan hidup mereka.
Burung hantu salju ini adalah spesies karismatik dan ikonik yang telah memikat hati banyak orang di seluruh dunia.
Sayangnya saat ini terdaftar sebagai spesies yang masih kurang mendapat perhatian. Padahal sangat penting untuk terus memantau dan melindunginya untuk memastikan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang.
International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) telah memasukkan satwa cantik ini sebagai spesies terancam punah.
Populasinya mengalami penurunan di wilayah tertentu, dan spesies ini menghadapi berbagai ancaman yang dapat berdampak negatif terhadap keberadaannya di masa mendatang.
Salah satu ancaman yang paling mengkhawatirkan atas burung ini adalah perubahan iklim, hilangnya habitat, dan gangguan manusia.
Perubahan iklim berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem Arktik. Itu secara otomatis mempengaruhi ketersediaan mangsa dan mengubah habitat perkembangbiakan satwa unik ini.
Selain itu, hilangnya habitat akibat perluasan pemukiman manusia, pembangunan industri, dan proyek infrastruktur menimbulkan tantangan besar bagi kelangsungan hidup spesies ini.
Dilansir World Wide Fund for Nature (WWF), setiap tahun, ada sekitar 10 ribu spesies hilang selamanya dari muka Bumi. Data tersebut menggambarkan jika hewan punah di dunia telah ada di level yang sangat mengkhawatirkan.
Tak hanya di dunia, di Indonesia pun sudah banyak hewan punah yang kini tak lagi bisa kita temui. Berikut adalah beberapa hewan asli Indonesia yang sudah punah yang tak akan pernah kita lihat lagi wujudnya.
Baca Juga: 5 Hewan Paling Malas di Dunia, Ada Panda hingga Koala
Kucing bergigi Sabre
Sering disebut Harimau Bergigi Sabre atau Singa Bergigi Sabre, mereka hidup 55 juta hingga 11.700 tahun yang lalu. Kucing bergigi pedang adalah karnivora dengan gigi taring yang memanjang seperti pisau dengan ppanjang mencapai 50 cm. Memiliki bentuk seperti beruang, mereka diyakini sebagai pemburu yang hebat dan hewan buruan seperti sloth dan mammoth.
Kucing-kucing ini dapat membuka rahang mereka pada sudut 120 derajat – hampir dua kali lebih lebar dari singa modern! Diyakini kepunahan Kucing Bergigi Sabre mungkin terkait dengan penurunan dan kepunahan herbivora besar yang mereka buru. Penjelasan lain termasuk perubahan iklim dan persaingan dengan manusia.
Demikian beberapa hewan yang sudah punah. Untuk mencegah lebih banyak lagi hewan yang memiliki nasib seperti mereka, ajarkan anak-anak untuk melestarikan hewan ya, Parents.
Jenis-Jenis Hewan Bertulang Belakang, Yuk, Ajarkan pada Si Kecil
10 Hewan Terbesar di Dunia, Ada yang Beratnya Sekitar 180 Ton!
10 Hewan Purba Ini Ternyata Masih Hidup, Ada yang Lebih Tua dari Dinosaurus!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.
Lumba-lumba Putih Baiji
Lumba-lumba Putih Baiji, juga disebut Lumba-lumba Sungai Cina, hanya dapat ditemukan di Sungai Yangtze di Cina. Mamalia ini bisa tumbuh hingga 2,4 meter dan beratnya mencapai 250 kg. Mereka mengandalkan ekolokasi untuk menavigasi dan berburu doa karena mata mereka yang kecil dan penglihatan yang sangat buruk.
Tinggal di Yangtze selama 20 juta tahun, jumlah mereka menurun drastis dari 1950-an dan seterusnya. Seiring industri China, sungai digunakan untuk memancing, transportasi, dan pembangkit listrik tenaga air yang memiliki pengaruh besar terhadap mamalia tersebut. Meskipun tidak secara resmi tercatat punah, tidak ada yang pernah melihat Lumba-lumba Sungai Yangtze sejak tahun 2002.
Ibex Pyrenea adalah salah satu dari empat subspesies Ibex Spanyol atau Kambing Iberia yang ditemukan di Semenanjung Iberia. Ibex akan tumbuh setinggi 60-76 cm di bahu dan berat 24-80 kg.
Mereka makan rumput dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Mereka diperkirakan berjumlah 50.000 secara historis, tetapi pada awal 1900-an jumlahnya turun menjadi kurang dari 100.
Penyebab pasti kepunahan Ibex Pyrenean tidak diketahui. Namun, ilmuwan percaya faktor yang terbesar adalah perburuan dan ketidakmampuan untuk bersaing dengan mamalia lain untuk makanan dan habitat. Ibex Pyrenean terakhir terbunuh oleh pohon tumbang di Spanyol utara pada tahun 2000.
Artikel terkait: Mengenal Daur Hidup Hewan Beserta Jenis dan Contohnya
Berasal dari Amerika Utara, Merpati Penumpang telah punah sejak awal abad ke-20. Diperkirakan bahwa antara 3 hingga 5 miliar Merpati Penumpang menghuni AS ketika orang Eropa tiba di Amerika Utara. Namun, ekspansi permukiman yang dilakukan oleh ornag Eropa menyebabkan deforestasi massal yang mengakibatkan hilangnya habitat dan pengurangan populasi burung.
Pada abad ke-19 daging merpati dikomersialkan sebagai makanan murah bagi orang miskin yang mengakibatkan perburuan dalam skala besar terhadap merpati jenis ini. Merpati Penumpang mati di alam liar sekitar 1900 dengan individu terakhir yang diketahui meninggal di penangkaran pada tahun 1914.
Berasal dari Australia, Tasmania, dan New Guinea, Harimau Tasmania berbeda dengan harimau pada umumnya. Sebab, hewan itu memiliki penampilan seperti anjing berukuran sedang hingga besar. Ia memiliki berat 30 kg dengan panjang hidung hingga ekor hampir 2 meter.
Namun, garis-garis gelap membuatnya tampak seperti harimau. Hewan ini diyakini punah karena perburuan besar-besaran dan adanya aktivitas perambahan manusia ke habitatnya. Harimau Tasmania liar terakhir dibunuh antara 1910 dan 1920, dengan penangkaran terakhir mati di Kebun Binatang Hobart, Tasmania pada tahun 1936.
Dinamakan setelah George Steller, seorang naturalis yang menemukan makhluk itu pada 1741, Stellers Sea Cow adalah mamalia herbivora besar. Dipercaya bahwa Sapi Laut Stellers yang tumbuh setidaknya 8-9 meter dan berat sekitar 8-10 ton, menghuni Kepulauan Dekat, barat daya Alaska dan Kepulauan Komandan di Laut Bering.
Diyakini bahwa mamalia itu jinak dan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk makan rumput laut. Oleh karena ia tidak dapat menenggelamkan tubuhnya yang besar, hewan ini pun rentan terhadap pemburu manusia. Dalam 27 tahun penemuan oleh orang Eropa, Sapi Laut Steller diburu hingga punah.
Artikel terkait: 10 Hewan Paling Aneh di Dunia, Beberapa di Antaranya Belum Parents Dengar
Seekor burung besar dan tidak bisa terbang ditemukan di Atlantik Utara dan sejauh selatan Spanyol Utara. Ia memiliki tinggi rata-rata 75 hingga 85 cm dan berat sekitar 5 kg. Great Auk adalah perenang kuat yang mampu berburu di bawah air untuk mencari makanan.
Koloni terakhir Auks tinggal di Pulau Eldey dan pada 1835 mereka semua terbunuh. Burung terakhir dibunuh oleh tiga orang yang menangkapnya di St Kilda, Skotlandia pada 1844. Ketika badai besar melanda, mereka percaya bahwa auk adalah penyihir dan menyebabkan badai. Jadi mereka membunuh hewan tersebut.
Dodo adalah seekor burung punah yang menghuni Mauritius. Dodo memiliki tinggi sekitar satu meter dan beratnya mungkin 10 hingga 18 kg. Satu-satunya catatan yang ada tentang penampilan Dodo adalah melalui berbagai ilustrasi dan catatan tertulis dari abad ke-17 sehingga penampilan persisnya tetap belum diketahui secara pasti.
Diduga burung tersebut tidak dapat terbang karena ketersediaan sumber makanan yang melimpah (biji, akar dan buah yang jatuh) dan relatif tidak adanya predator. Pelaut Belanda pertama kali mencatat penyebutan dodo pada 1598.
Burung itu diburu hingga punah oleh pelaut dan hewan peliharaan mereka. Penampakan Dodo terakhir yang diterima secara luas adalah pada tahun 1662.
Mammoth adalah amalia yang sangat besar, diyakini berkerabat dekat dengan gajah modern. Nenek moyangnya bermigrasi keluar dari Afrika sekitar 3,5 juta tahun yang lalu, menyebar ke seluruh Eurasia utara dan Amerika Utara. Makhluk ini tingginya lebih dari 4 meter dan beratnya bisa lebih dari 6 ton.
Seluruh tubuh mereka ditutupi bulu dan taring melengkung mereka bisa dengan mudah mencapai panjang 5 meter. Mammoth akhirnya menghilang 10.000 tahun yang lalu melalui kombinasi perburuan oleh manusia dan hilangnya habitatnya karena perubahan iklim. Populasi Mammoth terakhir yang terisolasi diyakini telah menghilang dari Pulau Wrangel di Samudra Arktik sekitar tahun 1700 SM.
Artikel terkait: 11 Hewan Langka di Indonesia yang Harus Dilestarikan
Kuau bergaris ganda
Hewan seperti burung merak ini bernama latin Argusianus bipunctatus, yang termasuk dalam jenis unggas. Hewan ini tersebar dari Sumatra hingga Jawa pada zaman dahulu.
Meskipun bukit keberadaannya sangat sedikit, beberapa bulu yang ditemukan dikirim ke London untuk diteliti. Hingga akhirnya, International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyatakan jika kuau bergaris ganda masuk dalam kategori hewan yang telah punah.
Baca Juga: 9 Cara Unik Hewan Mendinginkan Tubuh saat Gerah, Malah Peluk Pohon?
Daftar Hewan yang Sudah Punah di Dunia
Berikut ini beberapa hewan yang sudah punah, seperti dilansir dari One Kind Planet.
Badak Hitam Afrika Barat, Hewan yang Sudah Punah Sejak 2011
Badak Hitam Afrika Barat ditemukan di beberapa negara menuju wilayah tenggara Afrika. Dengan panjang 33.8 meter dan tinggi 1,4-1,7 meter, badak ini memiliki berat 800-1.300 kg. Hewan ini memiliki dua tanduk, satu berukuran 0,5 – 1,3 meter dan yang lainnya antara 2 – 55cm.
Makanan mereka adalah tanaman berdaun dan pucuk pohon yang sedang tumbuh. Beberapa percaya bahwa tanduk mereka dapat digunakan sebagai obat meskipun sampai saat ini tidak memiliki dasar dan fakta ilmiah. Hal ini pun menyebabkan perburuan besar-besaran.
Pada 1930-an dilakukan tindakan pelestarian untuk melindungi spesies tersebut, tetapi jumlahnya terus menurun. Badak Hitam Afrika Barat terakhir terlihat di Kamerun pada 2006. Badak ini dinyatakan punah secara resmi pada 2011.
Tikus hidung panjang flores
Tikus hidung panjang flores memang memiliki bentuk hidung yang panjang tidak seperti tikus pada umumnya yang kita temui saat ini. Memiliki nama latin Paulamys naso, hewan pengerat ini diyakini adalah penghuni Pulau Flores.
Hal ini berdasarkan pada penemuan fosil di beberapa wilayah di Pulau Flores pada 1981. Sekitar tahun tersebut, banyak juga laporan dari masyarakat sekitar terkait keberadaan hewan pengerat tersebut di sekitar Hutan Montane, Flores Barat. Namun, kini keberadaannya tidak pernah terlihat lagi hingga diperkirakan telah punah.
Baca Juga: 6 Hewan yang Berubah Warna Jadi Putih Ketika Musim Dingin, Apa Saja?
Masih satu rumpun dengan tikus hidung panjang flores, flores cave rat atau tikus gua flores juga diyakini telah punah sejak lama. Keberadaan hewan pengerat dengan nama latin Spaleomys florensis ini diketahui dari beberapa subfosil yang tersebar di banyak gua di Pulau Flores.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Baca Juga: Belum Punah, 5 Mitos Seputar Dinosaurus yang Dipercaya Banyak Orang